Kamis, 13 Januari 2011

sepeda ontel merahku



                 Tak pernah terpikir sebelumnya akan naik ontel ke kampus, Malu? Iya jelas! Walupun dari keluarga yang memang  tidak berada, bayangan itu tetaplah tak terbayangkan. Hari pertama aku ke jember untuk registrasi MABA sekaligus hari dimana aku menetap di jember di pondok Darussalam, Nampak jelas kehawatiran dari kedua orang tuaku. Nampak jelas penyesalan dari wajah kedua orang tuaku, mungkin mereka berpikir kenapa mereka tidak bisa memudahkanku belajar di universitas negri dengan memberikanku sepeda motor untuk ke kampus, apalagi jarak antara pondok dan kampusku agak jauh. Akhirnya bapak memutuskan untuk membelikanku sepeda ontel seharga 450 ribu.
                 Hmmm masih inget, 2 hari sebelum hari terakhir registrasi di UNEJ, yang bila ditotal jumlahnya sebesar 4.750.000, bapakku belum megang uang sepeserpun untuk registrasi. Aku hampir nangis takut aq tidak bisa kuliah.Tapi hebatnya kedua orang tuaku macak biasa2 aja didepanku, bapakku bilang kalu aku pasti kuliah, betapa ragu dan takutnya aku waktu itu. Padahal uang yang dibutuhkan bukan sekedar untuk registrasi tapi juga untuk uang makan dan pondok.
                 Tapi sehari setelah itu keajaiban terjadi, uang yang dibutuhkan terkumpul. Ntah kenapa tiba2 ne2kq kedatangan tamu kaya, mereka dengan baiknya meminjami uang pada bapakku, ku rasa pada waktu itu hanya ada rasa malu yang tertahan di wajah bapakku, sedangkan ibuku mohon2 pada salah satu tetanggaku untuk segera melunasi hutangnya hari itu juga, padahal mungkin saat itu tetanggaku juga gag punya uang. Bagaimana tidak menetes air mataku saat itu,, masyaAllah maafkan aku yang telah menyusahkan mereka.
                 Di hari pertama aku dipondok, dengan wajah capek dan penuh kasih bapakku memberiku sepeda ontel merah itu, mungkin saat itu uangx hanya bersisa untuk ongkos pulang saja ke probolinggo. Ya Allah,, aku bener2 gag tega. Air mataku tambah mengalir deras saat ibuku bercerita bahwa setelah nyampek ke rumah uangx dah tak bersisa lagi, pas hari itu juga dalam sekejab kedua orangtuaku kosong tanpa megang uang sepeserpun.
                 Dari itu ku bertekad bahwa rasa malu itu tidak semahal pengorbanan kedua orangtuaku, hari itu juga ku jadikan sepeda ontel merahku sebagai sahabat terbaikku, yang menemani hari2 ku dalam menyapa sepanjang perjalanan yang ku tempuh. Tanpa rasa malu ku parkir sepedaku ditempat2 elit, di kampus, syafia, senyum media, PKM, KUJ, soetardjo dan bank MANDIRI. Sekali lagi, ne tanpa rasa malu. Ah setelah kupikir2, naik motor ma sepeda ontel itu sama aja. Buktinya pelayanan yang diberikan juga sama, aku masih dapat sapaan dan senyuman dari para panitia elit, dari para penjaga bank yang cakep2 , sama saja.
                 Bila harus pulang malam karena rapat, organisasi, acara kampus, dan belajar kelompok, akan sangat terasa betapa melasnya diriku. Harus menyapa dinginnya malam dengan kayuhan sepeda ontel. Kadang terasa miskiiiiiiin bgt saat harus mengalah pada mobil dan sepeda motor di jalan. Lebay ya,, hahahaha….
                 Hohoho,, jadi pengen ketawa. Setiap nyampek di kampus, wajah selalu Nampak kusam berkeringat. Gag ada cantik2nya,, gimana tidak wong ke kampus harus ngayuh,,, tapi gag pa2lah,, ngontel banyak manfaatnya,, bisa memperkuat jantung, dan safe the earth. Hehehe.
                 Hmmm, seperti kalimatku tadi diatas, mahasiswa bermotor/bermobil/bersepeda ontel/berjalan kaki itu sama ajjah. Pelajaran yang diberikan dikampus sama, sama2 boleh ikut organisasi, sama2 bisa presentasi di kelas. Ya sama2 ngerjain soal2 sulit saat UAS. Hehehe,, tapi bukan sombong ne ya,, fir juga gag kalah kug ma yang bermotor, IP ku lumayan besar ya,, gag bodoh2 ametlah.organisasi aku malah ikut 3. Temen2ku banyak. Gag kalah dah pokoknya. Hehehe.
                 Satu pesan bapakku saat menyerahkan sepeda ontel itu. Dia bilang kunci sepedax ya nak,,, iyah! Sampek sekarang dimanapun walu hanya sepeda ontel tetep aku kunci. Mungkin ini agak berlebihan, karena mungkin tidak akan ada yang berminat untuk mencurinya, aku sangat tidak peduli saat ada yang mengejekku gara2 mengunci sepeda ontel. Aku tidak pedduli! Tau apa dia,,  betapa susahnya orang tuaku saat memutuskan untuk membelikanku sepeda ontel atau tidak dg pertimbangan uang yang begitu minim. Betapa sepeda ontel itu sangatlah mewah buat kami. Tau apa dia,,,
                 Masih teringat saat bapakku bilang setelah membelikanku Hp baru, hp cina buat internetan. “bapak inni orang tidak punya, jadi hargai apa yang bapak berikan, jaga dengan baik” mungkin saat itu bapak ngerasa bahwa yang aku inginkan bukan hp china melainkan hp nokia dan laptop yang mahal itu.
Ufth,, ibu, bapak,, maafkan aku…
Terima kasih atas semua pengorbanan, kasih sayang dan ketulusan itu,,,

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut